Jadi, penataan penataan kampus oleh Bung Karno disebut city of intellect, itu berdasarkan koridor strategis.
Jakarta (ANTARA) - Doktor Ilmu Pertahanan dari Universitas Pertahanan (Unhan) Hasto Kristiyanto mengatakan kampus seharusnya mendorong siapa yang ingin terjun ke dunia politik wajib memiliki kepemimpinan intelektual melalui tradisi akademis yang matang.
"Maka, kalau ada yang mau masuk politik, kuasai kepemimpinan intelektual dahulu. Ini menjadi sangat penting," kata Hasto saat berbicara dalam seminar ilmiah dosen dalam rangka Dies Natalies Universitas Sanata Dharma (Sadar) Yogyakarta, Jumat.
Hasto mengaku khawatir ketika menemukan ada perguruan tinggi hanya menjadi persemaian ideologi radikalisme, ideologi yang sifatnya menutup diri dari ilmu pengetahuan.
"Akan tetapi, agama juga gereja terbukti terus mengarungi kesempurnaan dengan melihat dari kemajuan ilmu dan teknologi yang seharusnya semua tepat dilandaskan pada nilai-nilai moral, etika, dan ilmu harus berguna bagi kemanusiaan. Itu yang harus dilakukan," ujar Hasto dalam siaran persnya.
Ia juga menekankan pentingnya perguruan tinggi memberikan konsentrasi pada pembangunan manusia Indonesia berdasarkan potensinya, yakni pertanian dan maritim.
"Setiap datang ke perguruan tinggi, saya tanya mana yang punya fungsi maritim? Mana yang pernah terjun ke laut untuk merasakan bahwa Indonesia negara maritim terbesar, negara kepulauan terbesar di dunia? Yang kata Bung Karno kita adalah negara kelautan yang ditebari pulau-pulau. Kita bukan negara kontinental. Inilah pentingnya city of intellect dan menguasai ilmu dasar," tuturnya.
Dalam seminar itu, Hasto menjelaskan mengenai geopolitik Soekarno, yang menjadi hasil penelitian dan disertasinya.
Hasto juga menyampaikan bahwa studinya menemukan bahwa salah satu varian terpenting kemajuan Indonesia adalah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Ini yang harus mengubah seluruh cara pandang dalam merancang kebijakan negara, termasuk para politisi tentang pentingnya pendidikan sebagai akselerasi yang paling mungkin dalam kemajuan bangsa," papar Hasto.
Baca juga: Hasto dorong anak muda tegaskan kepemimpinan Indonesia dengan iptek
Baca juga: Hasto: Indonesia harus bangun kepemimpinan di seluruh aspek kehidupan
Selanjutnya, adalah city of intellect, yakni tentang suatu koridor strategis, penataan kampus-kampus atas dasar potensi wilayah yang ada.
Dikatakan pula bahwa sumber daya alamnya tak boleh disentuh karena hutan di Kalimantan merupakan paru-paru dunia.
"Maka, pada masa akhir beliau mengatakan kepada Pak Sidarto Danusubroto agar jangan sekali-kali hutan Indonesia ditebang karena itulah paru-paru dunia. Suatu kesadaran tentang ekologi di Kalimantan tengah tersebut," paparnya.
Oleh karena itu, kata Hasto, ibu kota negara dipindahkan dalam pertimbangan geopolitik sekaligus untuk menjaga kelestarian ekologi di Kalimantan tersebut, selain posisi strategis sebagai sentralnya Indonesia melalui pendekatan Indonesia sentris.
Pusat pertanian, lanjut dia, dipindahkan ke Sulawesi dalam koridor strategis. Sementara itu, Universitas Pattimura di Maluku itu sebagai pusat pengembangan oseanografi terbesar dunia.
"Jadi, penataan penataan kampus oleh Bung Karno disebut city of intellect, itu berdasarkan koridor strategis. Sekarang kita jangankan melihat geopolitik, aspek geographical constellation pun jarang kita lihat. Kita tak pernah melihat bagaimana konsepsi pembangunan berdasarkan alur utama dalam sistem perdagangan dunia," kata Hasto.
Jika geopolitik Soekarno digunakan dan ibu kota negara sudah dipindahkan ke Kalimantan, menurut dia, nanti Selat Lombok, Selat Sunda, Selat Kalimantan, dan Selat Makassar akan menjadi semakin vital.
"Dengan demikian, pembangunan konektografi Indonesia harus dirancang berdasarkan peta geostrategis dan geoekonomis tersebut. Kita sering melupakan itu," kata Hasto.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022